Selepas masa kanak-kanak, sesi foto bersama keluarga tak lagi menjadi momen yang bisa saya nikmati. Apa benar, semakin bertambah usia anak, semakin jauh pula ia dari keluarganya?
Hingga kini saya belum menemukan jawabannya. Hanya saja, setiap kali melihat foto keluarga, saya merasa orang-orang di dalam foto tersebut sedang mengenakan topeng; menampilkan yang intim, menyembunyikan yang dingin. Tampak bahagia, tentu. Namun, seperti kata pepatah: “Dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tahu?”
Pengalaman tersebut membawa saya pada pertanyaan: untuk apa sebuah foto keluarga dibuat? “Fa(ke)mily Portrait” merupakan upaya saya untuk memvisualisasikan pertanyaan tersebut.
Hingga kini saya belum menemukan jawabannya. Hanya saja, setiap kali melihat foto keluarga, saya merasa orang-orang di dalam foto tersebut sedang mengenakan topeng; menampilkan yang intim, menyembunyikan yang dingin. Tampak bahagia, tentu. Namun, seperti kata pepatah: “Dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tahu?”
Pengalaman tersebut membawa saya pada pertanyaan: untuk apa sebuah foto keluarga dibuat? “Fa(ke)mily Portrait” merupakan upaya saya untuk memvisualisasikan pertanyaan tersebut.
![]() |
Fa(ke)mily Portrait |