Saturday, June 6, 2015

Mereka yang Mendapatkan Traktiran Buku

Ketika pertama kali merencanakan traktiran buku, saya tidak memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap respon teman-teman. Saya sangat menyadari bahwa di zaman kita hidup sekarang, berkirim surat kerap dianggap sebagai sesuatu yang tidak lazim karena kerepotan yang menyertainya. Selain itu, ajakan berkirim surat di zaman serba cepat seperti ini, relatif mudah disalahartikan sebagai hal yang romantis/tidak kasual, yang di dalamnya terdapat lebih dari sekadar niat berteman. Terlebih jika kegiatan berkirim surat itu dilakukan oleh dua orang berbeda gender. Karena hal-hal itulah, saya sadar betul tidak akan ada banyak orang yang tertarik mengikuti kuis yang saya adakan, mungkin karena malas, mungkin juga karena takut disalahartikan sebagai upaya-upaya pendekatan yang tidak tulus.

Ternyata dugaan saya tidak sepenuhnya tepat. Mulanya saya pikir paling banyak akan ada lima orang pengirim surat, kenyataannya lebih dari itu. Bahkan ada beberapa nama yang tidak saya kenal sebelumnya. Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal terkait kuis traktiran buku kemarin.

Pertama,
Saya memahami, tidak mudah menulis surat untuk orang yang tidak kita kenal baik, yang belum pernah kita temui, yang berjarak. Sedangkan surat merupakan medium yang cenderung terasa akrab. Dari seluruh surat yang masuk, beberapa langsung meninggalkan kesan yang kuat, beberapa tidak. Beberapa terasa dekat dan hangat, beberapa terasa seperti resensi buku di surat kabar yang sangat berjarak. Anehnya, kesan-kesan tersebut tidak selalu berkaitan dengan kedekatan saya dengan si pengirim surat di dunia nyata. Ada surat yang dikirim oleh orang yang hanya saya tahu dari media sosial, namun ia bisa bercerita secara lancar, terasa akrab dan tidak dibuat-buat.

Kedua,
Terdapat kesalahpahaman yang lumayan masif dari para partisipan, yakni pemahaman mengenai "salah satu buku favorit". Beberapa partisipan mengaku merasa kesulitan menentukan buku favorit mereka. Padahal, jelas-jelas saya menuliskan "salah satu". Itu artinya, saya mengerti, bahwa tidak akan pernah ada satu buku favorit. Nyaris mustahil seseorang bisa memilih satu saja buku kesukaan. Harapan saya, dengan membubuhkan "salah satu", bisa dipahami bahwa saya mengerti jika buku favorit tiap-tiap orang pastilah lebih dari satu. Maka silakan pilih salah satu buku yang menimbulkan kesan, kemudian ceritakan kesan tersebut kepada saya. Mungkin tidak semua partisipan membaca dengan seksama tulisan saya itu, hehe. Tapi tidak apa-apa.

Ketiga, 
Saya ingin berterima kasih kepada seluruh partisipan yang meluangkan waktunya untuk mengirimi saya surat, terlepas dari harapan untuk mendapatkan buku gratis di baliknya, hehe. Terima kasih karena tidak menyalahartikan ajakan saya untuk berkirim surat. Terima kasih juga untuk partner saya, Dea Anugrah, yang tidak pernah merasa terganggu, terancam ataupun melarang saya untuk menjalin pertemanan dengan siapapun. Terima kasih.

Mulanya saya katakan, saya akan memilih dua surat yang paling saya sukai, namun pada praktiknya, ada tiga buah surat yang membuat saya terkesan. Hingga saat ini, saya tidak bisa memilih satu surat yang harus saya eliminasi dari ketiga surat itu. Maka, saya mengambil keputusan untuk memenangkan ketiganya. Ya, saya akan menambahkan satu buku lagi sebagai hadiah. Bagi yang tidak menang, jangan kecewa secara berlebih :)

Ketiga pengirim surat yang mendapatkan hadiah buku Seekor Burung Kecil Biru di Naha dari saya adalah:

1. Andi Sri Wahyuni
2. Pujianto
3. Ayu Diah Cempaka

Selamat!
Silakan cek surel, saya telah mengirimkan balasan :)

No comments:

Post a Comment