Jumat, 13 Februari 2015
Halo Dea,
Tiga tahun ternyata tidak sepanjang yang kita bayangkan, ya? Agustus tahun lalu kita melewatinya, dan sore ini, persis pada jam ini, tepat satu tahun berlalu sejak aku mengantarmu ke stasiun untuk pindah ke Jakarta—lalu malam harinya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tiba di Yogyakarta.
Aku tak pernah menyangka, satu tahun meninggali kota yang berbeda denganmu akan terasa seberat ini. Satu tahun yang membuat hubungan ini berkembang, meskipun harus dibayar dengan banyak hal. Namun setidaknya itu sepadan.
Selama satu tahun ini, kita seolah dikembalikan pada fakta bahwa manusia tak akan pernah berhenti merasa kesepian. Maka dari itulah kita tak bisa menjalin sebuah hubungan hanya berdasarkan keinginan untuk menghilangkan rasa kesepian itu. Mustahil. Manusia akan selalu kesepian, sejak lahir sampai mati, dengan atau tanpan pasangan hidup.
Mulanya kukira jarak yang menumbuhkan perasaan kesepian. Namun aku kembali mengingat, kesepian tetap saja sesekali hinggap di diri kita dalam waktu dua tahun sebelum kau pindah ke Jakarta. Saat kita masih berada di kota yang sama dan dapat bertemu kapan saja kita mau. Pernah aku disibukkan oleh urusan beberapa hari sehingga tak sempat bertemu, dan setelahnya kau mengaku merasa kesepian, padahal aku masih berada di kota itu dan masih selalu menghubungimu. Begitu juga sebaliknya.
Pada akhirnya aku memahami bahwa akar dari rasa kesepian ada pada diri manusia itu sendiri, karena manusia berharap seseorang dapat mengisi ruang kosong dalam dirinya, karena manusia tidak pernah menerima kekosongan itu sebagai sebuah keutuhan. Padahal tidak akan pernah ada satu orang yang memiliki segala kelengkapan yang kau butuhkan untuk mengisi kekosongan itu—jika kita anggap kekosongan itu memang perlu diisi. Maka orang yang mencari pasangan dengan tujuan itu tidak akan pernah menemukan satu orang yang cukup, karena sejatinya terlalu banyak yang tidak dimiliki manusia.
Aku senang menyadari hal itu karena dengan demikian aku dapat menerima bahwa rasa kesepian bukanlah sesuatu yang mesti kita lenyapkan. Yang mesti kita lakukan justru mencari seseorang yang bisa kita ajak menjalani kesepian itu bersama-sama. Kontradiktif memang, namun itulah yang kupikirkan. Aku senang melihat kenyataan bahwa kita masih bersama-sama dengan segala kekosongan dalam diri masing-masing, tanpa merasa wajib untuk saling menambal kekosongan itu. Aku tidak membutuhkanmu untuk melengkapiku, namun aku menginginkanmu untuk menemaniku. Ada perbedaan mendasar antara membutuhkan dan menginginkan. Kebutuhan akan selesai ketika terpenuhi, dan akan mengecewakan ketika tidak terpenuhi. Sedangkan keinginan tidak. Kukira sebab paling jujur dari sebuah kebersamaan adalah karena kedua manusia itu memang ingin bersama-sama. Itu saja. Semoga kita masih ingin bersama-sama dalam waktu yang lama. Selamat menjalani tahun keempat bersamaku, selamat menjalani tahun kedua di Jakarta. Terima kasih ya, Dea Anugrah.
Saila Rezcan
No comments:
Post a Comment