Thursday, February 16, 2012

Cerita 4: Suatu Sore Yang Persis Seperti (Sore) Ini

Pernahkah kalian merasakan sebuah suasana yang sama persis seperti apa yang pernah kalian rasakan jauh sebelumnya? Bukan, bukan seperti de ja vu yang persamaannya terletak pada peristiwa, melainkan perasaan nostalgik yang terletak pada suasananya: ruang dan waktu. Jika ya, mungkin apa yang kalian rasakan sama seperti apa yang kurasakan sore tadi, ketika langit begitu cerah, cahaya matahari perlahan mulai meredup, suara adzan ashar berkumandang, dan aku sedang tidak melakukan apa-apa. Rasanya hidup ini seperti mendapatkan jedanya untuk sekedar kembali teringat pada suasana yang persis sama kira-kira empat belas tahun silam.


Pada masa itu, aku yang berusia tujuh tahun selalu menanti-nanti datangnya sore hari, karena saat itulah saat yang paling menyenangkan untuk bermain bersama teman-teman. Cuaca cerah dan udara yang sejuk merupakan kombinasi sempurna untuk bermain di luar rumah, apalagi sesi tersebut merupakan tanda bahwa sesi-yang-tidak-menyenangkan sebelumnya telah berakhir (baca: sesi tidur siang). Ya, entah kenapa saat itu aku selalu membenci tidur siang.

 

Biasanya aku selalu mengawali sesi bermain sore itu dengan mandi terlebih dahulu, kemudian entah bagaimana, aku dan teman-temanku selalu saja bisa keluar rumah secara hampir bersamaan, untuk kemudian duduk-duduk di jalan kecil komplek perumahan kami. Ada macam-macam permainan yang biasa kami mainkan, semua tergantung pada musimnya. Pernah kami begitu gemar bermain lompat tali, namun pernah juga kami tak dapat berhenti bermain engklek (saya tidak tahu istilah bahasa Indonesianya), pernah pula kami hanya sekedar bermain bola bekel dan kelereng, atau naik sepeda menuju lapangan di sebelah masjid kemudian memanjat pohon jambu biji dan memakan buahnya.

Aktivitas berkumpul dan bermain di sore hari itu selalu menjadi agenda yang menyenangkan bagiku, rasanya hidup begitu ringan tanpa beban. Saat itu yang aku tahu hanyalah menghabiskan waktu dengan bermain, bahkan yang selalu membuatku bersemangat berangkat ke sekolah bukanlah pelajarannya, melainkan kesenangan saat bermain bersama teman-teman. Sore tadi aku merasakan kembali suasana itu, suasana yang membawa ingatanku pada perasaan bahagia kala itu. Perasaan yang semestinya tetap kujaga hingga saat ini dengan lebih banyak bersyukur. Mungkin aku yang sekarang memang sudah sangat jauh berbeda dengan aku empat belas tahun lalu, ibarat kertas, saat ini tentu saja sudah banyak coretan atau bahkan koyak, sobek  dan berlubang di sana-sini. Namun aku senang, setidaknya aku sempat merasa terlepas dari segala beban hanya dengan mengingat suatu sore yang persis seperti (sore) ini.

No comments:

Post a Comment