Monday, February 13, 2012

Pagi Yang Terulang Kembali

“Besok pagi hujan tidak ya?” tanyamu malam itu. Aku diam sejenak, berpikir. Kulihat pandangan matamu bergerak ke arah jendela yang tertutup rapat.

“Mungkin saja. Cuaca memang sudah tidak memiliki musim, bukan?” jawabku.

“Hmm... ya, betul juga. Tapi aku butuh jawaban yang pasti, apakah besok pagi hujan atau tidak. Bukan jawaban seperti ‘mungkin’.” sanggahmu kemudian, seperti tak puas dengan jawabanku.

“Aku tidak tahu, sayang. Tak ada yang bisa memastikan hal-hal seperti itu. Lagipula, mengapa kau sangat butuh tahu?” tanyaku.

“Aku ingin memastikan sesuatu....” kata-katamu seperti sengaja kau hentikan, kerling matamu menandakan bahwa kau ragu untuk melanjutkan.

“Memastikan apa?” ucapku tepat sasaran.

“Mmmm.... memastikan bahwa hujan akan selalu turun bersama kesedihan....” jawabmu.

“Kata siapa? Bukankah hujan selalu turun sebagai berkah?” ucapku sambil mengernyitkan dahi, tak mengerti apa maksudmu.

“Nenekku pernah berkata seperti itu saat aku masih kecil. Katanya, alam semesta memiliki keterikatan yang kuat dengan sebagian orang, termasuk orang-orang dari keluarga kami.” kau menjelaskan.

“Oh ya? Memangnya besok siapa yang kira-kira akan bersedih, sehingga hujan mungkin saja datang?” tanyaku penasaran, masih belum dapat memahami maksudmu yang sebenarnya.

“Tidak tahu. Aku hanya bertanya saja. Ah sudahlah, ini sudah malam, sebaiknya kita tidur kan?” ucapmu sambil beranjak, mengakhiri pembicaraan. Lalu kita telah sama-sama berada pada satu ranjang, bersiap untuk tidur. Aku mencium keningmu, kau memelukku. Tak lama kemudian aku tahu kau telah terlelap, sedangkan aku justru larut dalam pikiranku sendiri.

Semuanya seperti berjalan begitu cepat, mulai dari pertama kali aku mengenalmu, tragedi besar itu, kemudian ketika kita memutuskan untuk tinggal bersama, meskipun tanpa ikatan bernama pernikahan. Kau yang dulu begitu rapuh, begitu hancur dan seolah tak mempunyai harapan pada apapun, lambat laun dapat menerima kehadiranku-seseorang yang telah lama mencintaimu. Bersamaku kau mencoba menata ulang hidupmu, setelah kehilangan begitu banyak hal, termasuk kekasih yang sangat kau cintai.

Kau yang dulu begitu menyesali bencana yang menimpa keluarga dan kekasihmu itu, sehingga duniamu menjadi begitu gelap, begitu pekat, seolah keriangan tak lagi mendapat tempat. Kemudian kita berdua yang sama-sama membangun kembali dunia yang bisa kau percaya, yang mampu menumbuhkan kembali cahaya kehidupan di matamu. Serta aku yang terus berusaha meyakinkanmu bahwa kau tak perlu mencoba terlalu keras untuk belajar membalas cintaku, dan bahwa semua itu kulakukan semata-mata karena aku tulus mencintaimu. Kemudian pelan-pelan kau belajar untuk balas mencintaiku dan mengobati luka-luka masa lalumu. Hingga akhirnya kau benar-benar yakin bahwa kau telah sembuh. Sepenuhnya sembuh.

Jendela Pagi Hari - Ipul Bachri
Ya, semuanya seperti berjalan begitu cepat. Terkadang aku masih merasa aku sedang bermimpi, dan tak tahu kapan petir akan datang menghampiri. Tahun-tahun yang kita lalui itu, seperti guguran daun-daun yang tersapu begitu saja oleh angin, mengendap pada sudut-sudut taman, kemudian lapuk bersama hujan. Dan tahu-tahu sudah ada lagi daun-daun lain yang berguguran.

Pikiranku melayang, membuat mataku tak kunjung dapat terpejam, meski rasa lelah demikian nyata bersarang dalam sendi-sendi tubuhku. Entah mengapa, kata-katamu tentang hujan dan kesedihan seperti sekelebat malaikat yang memberi tanda bahwa mimpi ini akan segera terjaga. Namun kesedihan siapakah yang hendak mendatangkan hujan? Kau tampak begitu bahagia setelah melewati tahun-tahun yang seperti daun gugur itu. Kau sehat, bersemangat, dan optimis menghadapi hidup. Kau memiliki pekerjaan yang sangat kau sukai sebagai seorang pelukis, yang selalu kau jalani dengan gembira. Begitupun aku, yang selalu bahagia saat melihatmu bahagia. Hidup kita nyaris sempurna, seolah dunia yang kita tinggali merupakan bagian terpisah dari dunia di luar sana. Acuh terhadap apapun selain prinsip kita yang sederhana: selama tak merusak kebahagiaan orang lain, kita berhak melakukan apa saja. Begitupun dengan pernikahan, kita sama-sama sepakat bahwa cinta yang diberikan Tuhan tak harus bermuara pada lembaga-lembaga buatan manusia seperti pernikahan. Kita manusia bebas.

Namun sekali lagi, aku pun tak mengerti mengapa kata-katamu tentang hujan dan kesedihan demikian menghantui. Apalagi belakangan ini kau memang sering melukis hujan, aku melihatnya saat mengintip ruang kerjamu diam-diam. Apa gerangan yang sedang kau pikirkan, kekasih? Aku mencoba mencari jawabannya di wajahmu, wajahmu yang lugu itu. Aku mencoba mengingat lagi sorot matamu, dan apa yang terpantulkan olehnya. Aku mengamati kau yang sedang tertidur di sampingku, memberikan belaian lembut pada rambutmu yang tak pernah kau biarkan tumbuh panjang melewati tengkuk. Kemudian kau bergumam pelan: “Hujan akan datang”. Aku terkejut dan bertambah takut, namun akhirnya kegelapan menyelimuti mataku. Kantuk telah mengalahkan keresahan, membawaku tidur bersama tanda tanya besar.

Hari ini, aku mengenang kembali semua itu. Masih di ruangan yang sama ketika percakapan terakhir kita terjadi. Percakapan tentang hujan dan kesedihan. Namun kali ini aku sendirian, tak ada lagi percakapan-percakapan yang kita lakukan setelah malam itu, karena keesokan harinya, kau telah pergi bersamaan dengan hujan yang datang perlahan. Meninggalkan secarik kertas yang hanya bertuliskan satu kalimat: belajar mencintai seseorang ternyata mustahil, maka belajarlah mencari seseorang yang benar-benar jatuh cinta padamu. Aku pun mengerti mengapa hujan datang di pagi itu...... Namun satu hal yang tak kunjung kumengerti hingga saat ini, kesedihan siapakah yang membuatnya datang pagi itu? Kesedihanmu? Kesedihanku? Karena sejak saat itu pun aku selalu menangis di pagi hari, bersamaan dengan hujan yang datang berulang-ulang.

Yogyakarta, 8 Desember 2011

2 comments:

  1. selama tak merusak kebahagiaan orang lain, kita berhak melakukan apa saja. Begitupun juga kesedihan agaknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya, kesedihan adalah kesunyian masing-masing. silakan dinikmati tanpa mengganggu yang lain :)

      Delete