Hari ke enam #31harimenulis, belum beranjak dari seperempat bagian pertama tentang ingatan masa lalu. Ada sebuah ingatan tentang perjalanan panjang selama lima tahun, diisi dengan kebahagiaan dan kadang tangisan. Saya ingin menulis tentang sebuah tempat untuk berbagi banyak hal, sebuah keluarga bernama Get Wet Band.
Entah sejak kapan saya menyukai musik, saya tidak bisa mengingatnya. Sejak kecil ayah saya sering mendengarkan berbagai musik yang ia sukai, mulai dari musik Slowrock lawas sampai musik-musik populer pada tahun 1990an – tahun kelahiran saya. Yang mampu saya ingat, saya mulai menyukai musik saya sendiri sejak saya suka membaca komik-komik Jepang dan menonton animenya di televisi.
Waktu itu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ada banyak anime Jepang yangmasuk ke Indonesia kala itu, di antaranya adalah Sailor Moon, Dragon Ball, Samurai X dan Inuyasha. Saat menonton anime-anime tersebut, saya tak ketinggalan mendengarkan soundtrack-soundtracknya, dan ternyata saya jatuh cinta pada genre musik seperti ini.
Kesenangan saya pada musik-musik soundtrack anime masih berlanjut hingga saya duduk di bangku SMP, dan tentu saja, diikuti dengan kesukaan akan musik-musik Jepang lainnya seperti BoA, Utada Hikaru, Ayumi Hamazaki, L’Arc~en~Ciel, Judy and Mary, dan sebagainya.
Kesukaan saya tersebut tidak hanya berhenti pada level mendengarkan, namun juga mempelajari dan mencari arti dari berbagai lagu-lagu berbahasa Jepang tersebut – walaupun saya belum pernah mempelajari Bahasa Jepang secara intensif. Setelah saya mengetahui arti dari setiap lirik lagu-lagu tersebut, entah mengapa saya semakin menyukainya. Mungkin hal itu disebabkan oleh sudut pandang positif dalam melihat hidup yang tertuang dalam lagu-lagu tersebut. Saya sangat jarang menemukan lirik lagu yang putus asa dan cengeng dalam lagu Jepang yang saya sukai. Kalaupun ada lagu yang bercerita tentang patah hati, ia tidak melihat itu sebagai alasan untuk bunuh diri ataupun terlalu lama meratapi. Kemasan musik dan liriknya tetap mencerminkan bagaimana pembuatnya tetap berpikir positif dalam melihat hidup. Sejak saat itulah saya menyatakan menyukai musik genre ini – terlepas dari sejarah kelam penjajahan yang dilakukan oleh Jepang terhadap Indonesia.
Karena saya secara pribadi sangat suka menyanyi, maka saya pun bermimpi untuk memiliki sebuah band beraliran J-music suatu saat nanti. Dan kehidupan saya sebagai anak band bermula dari ujian akhir seni musik di SMP. Waktu itu seluruh siswa kelas tiga dibagi dalam kelompok-kelompok besar berisi sekitar 10 orang per kelompok, untuk kemudian membawakan sebuah lagu dalam format band. Secara kebetulan, saya mendapat kelompok yang juga menyukai musik-musik Jepang, selain itu kami sepakat untuk emembawakan lagu yang kemungkinan besar tidak diketahui oleh juri, supaya kalau ada kesalahan mereka tidak tahu, hahaha. Jadilah kami memilih sebuah lagu berjudul “Grow Up” milik sebuah band Jepang bernama Hysteric Blue. Saat itu lagu ini menjadi opening song sebuah anime berjudul “Ghost At School” yang ditayangkan oleh TV7 kalau tidak salah.
Itu merupakan pengalaman manggung pertama saya. Grogi dan panic jelas menghantui saya, dan benar, saya melakukan satu kesalahan: terlalu cepat masuk saat melody gitar belum berakhir sepenuhnya, hahaha. Kami mendapat peringkat lima dari keseluruhan band berjumlah 40 band. Sungguh senang rasanya! :D Waktu itu saya tidak pernah menyangka kehidupan bermusik saya masih akan berlanjut, karena untuk meneruskannya bersama band SMP ini jelas tidak mudah, kami pasti akan berpisah SMA. Bagaimana kelanjutannya? Silakan tunggu postingan berikutnya! ;D
No comments:
Post a Comment