Monday, May 9, 2011

The Unspoken (Bagian IV)

                Tanpa terasa, kami berada di penghujung masa-masa SMA. Ujian masuk universitas, Ujian Nasional, Ujian Sekolah kami lewati begitu saja, saat itu semua berakhir, barulah kami menyadari: akankah perpisahan tiba? Pengumuman ujian masuk universitas pun tiba, saya diterima di jurusan pilihan saya, Komunikasi UGM, Prima pun demikian, berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan di Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Tomo masuk Fakultas Ekonomi Internasional Class UGM lewat jalur kerjasama, Dody tidak berhasil masuk UGM, namun diterima Fakultas Ekonomi International Class di UII, Yona memang tidak bermaksud masuk UGM, ia diterima di Jurusan SI UKDW. Sedangkan Kiki, ia tidak berhasil menembus jurusan yang sama dengan saya – jurusan yang juga ia inginkan: Komunikasi UGM.

               Semenjak pengumuman itu, Kiki menghilang. Ia tidak dapat dihubungi, nomor hapenya tidak aktif, dan rumahnya selalu tampak tertutup. Padahal, pada saat itu, kami sedang sibuk latihan untuk sebuah event yang sudah kami sanggupi sebelumnya. Dan di tengah-tengah itu, Tomo menyatakan ingin keluar, setelah event internal sekolah, English Night 2008 yang digelar pada bulan Mei. Sungguh suasana yang tidak nyaman, tapi kami tak bisa berbuat apapun, itu hak tiap personil, apalagi alasan Tomo saat itu adalah ketidakcocokan dengan aliran musik – walaupun saya tahu, ia menyembunyikan alasan yang sebenarnya. Sangat disayangkan, saya sedih sekali waktu itu.

                Dalam ketidakjelasan yang ada, saya sempat berfikir bahwa apakah ini memang saatnya untuk berakhir? Jujur saja saya kehilangan separuh semangat saya ketika tahu bahwa mungkin ini akan menjadi penampilan lengkap kami yang terakhir. Saat itu Kiki tidak tahu jika Tomo berencana resign, ya, bagaimana kami bisa memberi kabar kalau ia sengaja menutup diri dan menghilang? Jujur pada saat itu saya kesal, bagaimana bisa ia selabil ini. Saya mengerti, gagal dalam ujian masuk universitas itu memang berat – saya pun takut setengah mati pada saat itu, namun bukankah masih ada kesempatan kedua yang terbuka lebar, yaitu SNMPTN? Mengapa ia tak berfikir positif dan berusaha bangkit? Dan mengapa pula ia mengurung diri terlalu lama dan tidak membiarkan kami menyemangatinya?

                Usai penampilan lengkap kami yang terakhir pada English Night Mei 2008, barulah kami memberitahu Kiki tentang keputusan Tomo, ia terkejut dan bertanya mengapa kami baru memberitahunya saat itu. Saya pun kesal dan meminta ia berkaca, apa yang ia lakukan beberapa waktu terakhir? Menghilang dari muka bumi.

                Usai keluarnya Tomo, saya merasakan ketimpangan yang cukup besar dalam band, bagaimana musik-musik kami menjadi begitu sepi tanpa nada-nada dari keyboardnya, bagaimana kami menjadi canggung satu sama lain, disorientasi. Namun pada masa-masa itu kami tetap bermusik dan masih rajin mengisi berbagai acara di Yogyakarta, baik yang dibayar maupun yang atas nama teman. Ya, kami masih ingin berjalan meski dengan kepincangan.

Bersambung….

No comments:

Post a Comment