|Seharusnya tulisan ini saya posting kemarin, apa daya, meskipun konten sudah siap publish, namun modem tiba-tiba semplak dan laptop mendadak gagal booting. Dan saya terlalu lelah untuk pergi ke warnet. Denda deh Rp. 20.000.|
Sebenarnya pada postingan ke tiga #31harimenulis ini saya masih ingin berbicara tentang saya di masa lalu, namun ide yang hendak saya tuliskan membutuhkan sedikit lebih banyak waktu untuk menuliskannya. Padahal deadline tinggal dua jam lagi, maka saya memilih untuk membicarakan hal lain yang lebih memungkinkan untuk saya tuliskan dalam waktu kurang dari dua jam: mantan.
“People said that Ex means Expired. But for me, Ex means Extraordinary.” – Saila Rezcan.
Ya, saya adalah orang yang menganggap apapun itu di masa lalu sebagai sesuatu yang hebat. Termasuk mantan pacar – maupun teman dekat yang tidak sampai menjadi pacar namun sempat tercipta romantisme di antara kami. Orang-orang tersebut memang telah hilang dan berubah menjadi “teman biasa” saat ini, namun semua hal yang pernah ada di masa lalu tidak pernah saya sangkal. Mereka adalah orang-orang hebat yang pernah saya cintai, yang menjadikan diri saya yang sekarang ini ada.
Hafizh Oktania Zukri
Pacar pertama saya ini merupakan teman satu SMP, di mana saat itu kelas kami bersebelahan. Awalnya saya naksir teman dekatnya dan minta bantuan dia untuk mendekatkan saya dengan temannya itu, namun ternyata temannya itu sudah menyukai perempuan lain. Setelah patah hati, saya tidak lantas kehilangan kontak dengannya, saya malah bisa cerita banyak, hal terutama membicarakan temannya itu, hahaha. Lama-lama saya dan dia menjadi semakin dekat dan akhirnya kami pacaran. Namun namanya juga anak SMP, setelah terpisah SMA dan semakin tidak dapat memahami satu sama lain, hubungan kami pun berakhir, hanya sekitar 3 bulan saja. Siapa sangka saat kuliah kami justru satu jurusan, walaupun berbeda kelas. Setelah sekian tahun tidak bertemu, kami pun dapat berteman tanpa ada rasa canggung lagi. Bahkan saat ia ulang tahun saya mengucapkan “Selamat Ultah, mantan. :P” di wall Facebooknya.
Bastaman Ifansuri
Mungkin Ifan adalah teman laki-laki di SMA yang paling tahu banyak hal tentang saya. Kami tidak pernah berpacaran secara de yure, namun hubungan kami memang sangat dekat. Saya melihatnya sebagai sosok kakak dan ayah sekaligus. Ia sangat bijaksana dalam menghadapi masalah-masalah. Memang sempat ada romantisme di antara kami, namun pada akhirnya kami memutuskan untuk saling menganggap saudara saja. Setelah kuliah kami sempat bertemu secara tidak sengaja beberapa kali, meski agak canggung, namun kami bisa mengobrol dengan santai. Darinya, saya belajar untuk tidak terlalu banyak memberi harapan pada seseorang jika saya belum benar-benar yakin atas apa yang saya rasakan.
Makbul Mubarak
Makbul adalah pacar kedua saya setelah Hafizh. Kami putus bulan November lalu, hanya lima bulan sejak bulan Juni. Bulan Januari saya sempat menyatakan ingin menjalin hubungan kembali, namun ternyata tidak bisa. Saya sudah menyakitinya terlalu dalam. Mungkin ia adalah mantan yang paling banyak memberikan pelajaran bagi diri saya. Saya belajar sangat banyak dari kegagalan hubungan kami. Salah satunya adalah tentang keegoisan saya. Bagaimana saya lebih dulu jatuh cinta, mendekat, namun pada akhirnya justru saya yang lebih banyak menyakiti dia. Saya banyak berintrospeksi.
Pada akhirnya saya mencoba mengerti, jika saya belum mampu untuk berdamai dengan diri sendiri, dengan masalah-masalah saya sendiri, maka selamanya saya akan gagal untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Seperti kata Samuel Mulia: pasanganmu bukanlah balai pengobatan atas masalah-masalahmu. Mulailah suatu hubungan dalam keadaan sama-sama sehat. Bukannya tidak ingin berkompromi dengan masalah, namun berkompromilah dengan masalah yang ada setelah hubungan terjalin, bukan masalah yang ada sebelum hubungan terjalin.
Dan tentu saja perpisahan ini lebih baik bagi dia maupun saya, karena mungkin saja jika terus bersama saya, saya malah akan menyakitinya lebih banyak lagi. Terima kasih, Makbul. Seperti katamu, perasaan bisa hilang, tapi memori kan tidak. Ada banyak ingatan tentangmu yang mungkin tidak akan hilang. Semoga kamu bahagia ya :)
Orang-orang itu adalah orang-orang istimewa dalam hidup saya, tanpa mereka, saya tidak akan bisa menjadi lebih baik hari ini. Dari setiap kegagalan saya belajar satu hal baru, termasuk kegagalan dalam menjalin hubungan dengan seseorang. Saya tidak pernah berusaha untuk melupakan mereka.
"Thanks to the ex-man for a beautiful moment
and thanks to the ex-man for a lesson I learned" – Ex-Man, Es Nanas
weh koe ki tau pacaran karo hafiz to...? hahaha lago ngerti aku
ReplyDeleteya ampun saila, aku yo lagi ngerti nek saila pernah dekat dengan bastaman.hahaha
ReplyDeleteWAHHHHHH LHA IKIIIIIII!!! Keren Sai! Salut! Top deh pokoknya, ampe speechless! :D
ReplyDeleteTernyata orang dalam daftar ini harus bertambah satu... :P
ReplyDelete