Saturday, May 26, 2012

Ironi di Kampus Kita


Hari ini hasil Ujian Nasional tingkat SMA diumumkan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ada siswa yang berbahagia, ada yang berduka. Yang lulus tentu saja lega luar biasa, akhirnya perjuangan selama 12 tahun bersekolah selesai juga. Akhirnya mereka yang telah lama mendambakan menyandang status mahasiswa berkesempatan juga mengikuti
ujian masuk universitas.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setelah ini akan ada para mahasiswa baru yang merasa berhasil meraih cita-citanya berkuliah di Universitas X, Fakultas Y, Jurusan Z. Tentu saya pilihan-pilihan tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai alasan, salah satunya adalah harapan siswa tersebut untuk belajar banyak hal yang berkaitan dengan apa yang ia minati. Misalnya saja siswa yang memilih Jurusan Ilmu Komunikasi, mereka tentu memiliki ekspektasi bahwa nantinya akan ada banyak kesempatan untuk menggali ilmu komunikasi sebanyak-banyaknya.

Pernahkah kita mendengar sebuah komentar yang berbunyi demikian: "Kalau jadi mahasiswa cuma kuliah saja nanti jadi cupu. Ada lebih banyak ilmu yang bisa dipelajari di luar kampus, kampus hanya untuk formalitas saja." Apakah anda berhasil menangkap sebuah ironi pada komentar semacam itu?

Saya sangat sepakat bahwasanya seorang mahasiswa harus mencari ilmu sebanyak-banyaknya, dari mana saja. Namun yang menjadi perhatian saya pada komentar tadi adalah, betapa kampus lebih banyak dianggap sebagai formalitas dan status semata, bukan sumber ilmu yang utama.

Ini menyedihkan, jika mengingat betapa bersemangatnya para lulusan SMA ketika hendak memilih jurusan di sebuah universitas. Betapa mereka sangat antusias membayangkan akan kuliah di universitas besar dan terkenal. Namun ketika mereka benar-benar kuliah di sana, tahun demi tahun mereka semakin mahfum, bahwa kampus mereka bukanlah sumur ilmu yang deras airnya. Sampai akhirnya, banyak dari mereka yang menjadikan kuliah sebagai formalitas belaka, namun dalam perkara belajar, mereka mencari sumur-sumur ilmu lain yang terkadang mutu airnya justru lebih baik dan tidak memakan banyak biaya. Jadi sebetulnya kita kuliah itu membayar apa? Mungkin membayar biaya pembangunan gedung, portal-portal dan rumah sakit. Mungkin juga membayar sebuah prosesi wisuda danselembar kertas ijazah.

Ah, diam-diam saya merindukan sebuah masa di mana para mahasiswa berkata, "Di kampus, aku benar-benar mendapatkan ilmu yang aku harapkan, aku bersyukur kuliah di sini."

No comments:

Post a Comment