Wednesday, May 23, 2012

Sebab Kecemasan itu Tak Pernah Selesai

"sebab kecemasan itu tak pernah selesai"
Kalimat pertama pada puisi berjudul Misa Arwah karya Dea Anugrah tersebut sungguh tak bisa lepas dari pikiran saya. Sejak pertama kali membacanya, ia terus menghantui saya. Sebab kecemasan itu tak pernah selesai.

Sebagai orang yang sangat sering mencemaskan banyak hal, saya merasa kalimat tersebut memiliki kebenaran yang mutlak, setidaknya bagi saya. Manusia yang hidup adalah manusia yang masih mencemaskan sesuatu, menggelisahkan sesuatu.

Hari ini saya mencemaskan usia saya sendiri serta bagaimana operasi gigi geraham saya nanti malam akan berjalan. Saya tidak takut, hanya cemas saja. Apakah tahun depan ketika usia saya kembali berganti, saya masih menyandang status mahasiswa? Apakah "usia duapuluh dua, skripsi tak kelar juga" akan berganti menjadi "usia dua puluh tiga, akhirnya jadi sarjana"? Atau sekadar mencemaskna apakah nanti malam saya akan bisa tidur nyenyak dengan keadaan nyeri gigi yang habis dioperasi? Apakah saya bisa menepati semua deadline bulan ini? Dan masih banyak lagi...
"sebab kecemasan itu tak pernah selesai"
Dengan mengingat kalimat tersebut, setidaknya saya tidak perlu cemas jika saya selalu cemas.

No comments:

Post a Comment