Wednesday, May 2, 2012

Jurnal-is-me

Saya teringat bagaimana sebuah mata kuliah bernama Reportase muncul untuk pertama kalinya di jurusan saya. Pada tahun 2009, jurusan saya melakukan perubahan kurikulum yang serba tiba-tiba. Tiba-tiba jumlah konsentrasi dikurangi dari tiga menjadi dua serta berganti nama, tiba-tiba muncul mata kuliah baru yang sebelumnya tak pernah ada, tiba-tiba ada beberapa mata kuliah yang berganti nama. Satu diantaranya adalah Reportase untuk konsentrasi media dan jurnalisme.

Sebelum kurikulum 2009 diberlakukan, teknik-teknik reportase masuk dalam mata kuliah Penulisan Berita (yang kemudian berganti nama menjadi Jurnalisme Media Cetak). Angkatan saya—angkatan 2008—merupakan angkatan pertama yang merasakan dampak peubahan kurikulum ini, karena pada saat itu pula kami tepat berada pada semester tiga, yang berarti semester penentuan konsentrasi. Saya yang kemudian memilih konsentrasi media dan jurnalisme pun ‘mencicipi’ mata kuliah baru bernama Reportase tersebut. Dan semester ini, saya mengulang mata kuliah tersebut.
 
Jika kegiatan reportase dilihat sebagai bagian dari proses penulisan berita semata, tentu saja sesungguhnya tidak banyak yang dapat diberikan di mata kuliah ini kecuali hal-hal teknis. Apalagi melihat kecenderungan jurnalisme di jurusan yang memberikan porsi lebih banyak pada jurnalisme politik—karena jurusan ini berada di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Kedua hal tersebut mengakibatkan sempitnya ranah kajian yang kemudian membatasi minat mahasiswa.
 
Pertanyaannya, apakah jurnalisme itu melulu urusan politik? Menurut saya tidak. Saya tahu, ada banyak mahasiswa ilmu komunikasi yang tertarik untuk menjadi wartawan musik, wartawan olahraga, wartawan ekonomi, wartawan wisata, dan lain-lain. Namun semua itu seolah tidak menjadi perhatian bagi jurusan. Saya hanya membayangkan, seandainya rangkaian mata kuliah jurnalisme yang terdiri atas Dasar-dasar Jurnalisme, Reportase, Jurnalisme Media Cetak, serta Penyuntingan Berita memberikan sedikit keleluasaan pada mahasiswa untuk menyalurkan passionnya pada bidang-bidang yang ia minati, tentu akan lebih menarik dan mengasyikkan.
 
 Saya paham betul bahwa di dunia jurnalisme, seorang wartawan fresh graduate haruslah bersedia ditempatkan di berbagai macam desk, untuk itu mereka harus memiliki dasar kemampuan yang baik. Namun bukankah pada kenyataannya, di dunia kerja, ilmu yang diperoleh seseorang semasa kuliah dulu tetap saja bukan hal utama? Tetap saja mereka akan mulai dari nol dan beradaptasi dengan lingkungan kerja yang sama sekali berbeda. Maka, apa salahnya sedikit bermain-main dengan jurnalisme yang kita suka ketika kita kuliah? Bukankah hal yang kita anggap menyenangkan jauh lebih menarik untuk dipelajari dan dikerjakan? Hmmm.....

No comments:

Post a Comment