Tuesday, May 8, 2012

Sebab Reportase Tidak Sama Dengan Menulis Resensi



Suatu saat, seorang dosen menanyakan perihal tugas minggu sebelumnya pada mahasiswa yang hadir. Ia mengonfirmasi apa yang tertulis di lembar presensi dosen, bahwa minggu lalu mahasiswanya diberi tugas mengenai jurnalisme investigasi oleh seorang asisten yang menggantikannya. Ia tidak dapat masuk kelas minggu lalu karena sakit. Mahasiswa yang menghadiri kuliah tersebut pun sontak menyangkal adanya tugas tersebut. Alih-alih tugas mengenai jurnalisme investigasi, minggu lalu, sang asisten dosen malah memberikan tugas untuk meresensi apa saja: buku, film, album musik, bahkan pertunjukan seni. Kemudian dosen tersebut bertanya pada mahasiswanya:
            “Lalu apa maksud dia memberi tugas itu? Apa hubungannya dengan mata kuliah kita?”

Mahasiswa hanya bisa menjawab tidak tahu. Dosen itu pun bertanya kembali:
            “Kalau kalian tidak tahu apa maksudnya, kenapa kalian mau diberi tugas seperti itu?”

Seluruh kelas hanya bisa diam. Kemudian dosen itu melanjutkan:
            “Setiap tugas itu kan harusnya selalu diberi feedback, jadi kalian paham apa manfaat tugas-tugas yang kalian kerjakan. Kalau tugasnya resensi ya paling-paling saya cuma bisa memberi feedback untuk yang meresensi buku. Kalau yang merensi musik metal begini kan saya nggak paham, jadi nggak bisa ngasih feedback. Ya sudah, sekarang kumpulkan saja, nanti biar saya serahkan ke yang memberi tugas, biar dia jelaskan apa maksudnya tugas ini.”

Seketika itu juga saya merasa sangat bodoh dan dibodohi, apa yang dikatakan dosen saya itu benar semua, logis semua. Dan bisa-bisanya saya tidak menyadari itu hingga saya mengerjakan tugas tersebut tanpa terusik dengan pertanyaan-pertanyaan semacam “Apa tujuannya?”. Sebenarnya saya sempat merasa aneh juga ketika mengerjakan tugas tersebut, apa hubungannya reportase dengan meresensi? Namun saya tidak menanyakannya kepada yang memberi tugas, bodohnya saya. Padahal dalam KBBI jelas-jelas tertulis definisi dari reportase adalah:

reportase n 1 pemberitaan; pelaporan; 2 laporan
kejadian (berdasarkan pengamatan
atau sumber tulisan)
Terlepas dari baik-buruknya koordinasi antara dosen dan asisten dosen tersebut, bagi saya kesalahan tetap terletak pada sang asisten. Bagaimana bisa ia tidak memahami gol-gol dari kelas yang ia ampu dan gagal memahami apa yang ingin disampaikan oleh dosen? Ditambah lagi, kenapa ia harus menuliskan keterangan palsu pada lembar presensi dosen mengenai materi dan tugas yang ia sampaikan? Jelas ada yang tidak beres di sini, saya tidak mengerti apa yang ia pikirkan.

Kejutan berikutnya adalah, setelah kelas usai, ada dua orang mahasiswa yang menghampiri dosen tersebut untuk mengonfirmasi tugas pada mata kuliah lain minggu lalu, yang juga diberikan oleh asisten tersebut. Mata kuliah tersebut bernama Penyuntingan Berita, dan sang asisten tersebut memberikan tugas me-resume buku Jurnalisme Sastrawi. Tebak sendiri apa hubungan me-resume buku dengan kemampuan menyunting berita. Dua mahasiswa ini ingin memastikan apakah tugas tersebut memang berasal dari dosen atau tidak. Dosen tersebut berkata akan menyakannya dulu pada asisten tersebut apa maksud tugas yang ia berikan, kemudian ia akan memberitahu apakah tugas itu perlu dikerjakan atau tidak. Beberapa hari berikutnya, terdengar informasi bahwa tugas itu dibatalkan. Saya hanya bisa tertawa. Jangan-jangan sang asisten ini hanya malas membaca buku yang ia maksud, kemudian memanfaatkan mahasiswanya agar ia bisa membaca ringkasannya, barangkali.

1 comment:

  1. hahaha, kuliah (terutama selasa pagi) jadi makin seru aja ya rasanya dengan ada bumbu-bumubu macam ini.. bikin senyum-senyum geli gimanaa gitu (padahal aku juga jarang masuk ;p)

    ReplyDelete